LIGHT WORKER (Kita punya “Tugas” dari Sang Pencipta Penguasa Alam Raya)
PROJECT GRANUMA
Sebelum mengenal dan belajar pertanian organik, ada baiknya kita mengenal visi misi dan tujuan Granuma Organik lbih dulu, agar bisa menyamakan persepsi dan membangkitkan pesan kesadaran akan tugas kita sebagai khalifah fil ardh…
Kita punya “tugas” dari Sang Pencipta Penguasa Alam Raya, Mari kita renungkan sebuah statemen dari Bu Nuri Nurina.
![ibu-nuri-1](https://granumaorganik.files.wordpress.com/2016/12/ibu-nuri-1.jpg?w=900)
![photo_2016-12-17_05-30-29](https://granumaorganik.files.wordpress.com/2016/12/photo_2016-12-17_05-30-29.jpg?w=900)
Bu Nuri beliau seorang dosen di sebuah PT diJakartaApa yang disampaikan oleh bu Nuri sefikrah/satu frekwensi dengan misi visi Granuma Organik. Saya yakin semua sahabat paham apa yang saya sampaikan tentang 3 point penyebab Kerusakan planet bumi.
Untuk yang belum paham mari kita kaji bersama tapi tolong di GARIS BAWAHI sangat tidak disarankan membawa unsur SARA dan politik. Kita bahas dri sisi nilai kemanusiaan dan kasih sayang serta kesadaran universal…
Untuk mengenal visi misi granuma organik bisa di cekidot disini :
http://pasundanekspres.com/eli-herlina-ibu-rumah-tangga-kembangkan-pupuk-organik-cair/
http://pasundanekspres.com/eli-herlina-ibu-rumah-tangga-kembangkan-pupuk-organik-cair/
http://pasundanekspres.com/eli-herlina-ibu-rumah-tangga-kembangkan-pupuk-organik-cair/
http://pasundanekspres.com/eli-herlina-ibu-rumah-tangga-kembangkan-pupuk-organik-cair/
http://pasundanekspres.com/eli-herlina-ibu-rumah-tangga-kembangkan-pupuk-organik-cair/
Ini salah satu cuplikan berita diatas saya Copas Disini.
Beri Pelatihan Gratis, Dipesan hingga Luar Jawa.
Siapa bilang perempuan tidak bisa banyak berbuat? Eli Herlina (30) asal Purwadadi Subang membuktikannya dengan bermetamorfosa dari ibu rumah tangga bisa menjadi pengusaha pupuk sekaligus menjalankan misinya untuk menyelamatkan bumi.
TIARA MAULINDA, Subang
BERAWAL dari keperihatinannya terhadap maraknya kasus makanan yang tidak layak konsumsi, Eli Herlina mencoba mengawali usaha sebagai wirausahawan pupuk organik. Ibu dari dua anak ini mengaku pada awalnya mendapatkan ilmu pengolahan pupuk dari seorang teman.
“Dulu diajarkan oleh teman. Pupuk ini berbeda karena bahan bakunya sangat mudah. Yaitu tanaman yang sering kita anggap sebagai gulma di kebun atau pekarangan rumah. Jumlahnya banyak dan mudah ditemui. Dan manfaatnya luar biasa, maka saya tertarik untuk menjalani usaha ini,” ungkapnya kepada Pasundan Ekspres.
Eli mulai memproduksi pupuk organik cair sejak tahun 2010 silam. Dengan alat seadanya, ia dibantu suami dan kedua anaknya berusaha membuktikan kepada masyarakat bahwa pupuk yang dibuatnya berbeda dengan pupuk lain. Bagaimana tidak? Pupuk yang dibuat dari bahan dedaunan itu bisa merekonstruki DNA tanaman seperti semula.
“Bibit sekarang banyak yang sudah tercemar limbah pestisida dan banyak mengandung racun yang berbahaya bila dikonsumsi. Selanjutnya panganan yang tidak baik akan berimbas pada perilaku manusia yang tidak baik juga. Penggunaan kimia dalam jangka panjang juga akan merusak bumi kita,”jelasnya.
Perempuan yang kini tinggal di Desa Wanakerta Kecamatan Purwadadi, Subang, ini menjelaskan bahwa pupuk organik cair yang diproduksinya memperbaiki DNA tanaman dan merekonstruksi bumi sehingga dapat menghasilkan hasil pertanian yang lebih baik dan sehat. Untuk membuat pupuk ini, Eli biasa menggunakan dedaunan seperti kembang bulan, daun jalantir, bayam liar, daun serunai, daun tali putri, dan masih banyak lagi.
Pupuk organik cair yang diproduksi Eli diberi nama Granuma DZA. Ada beberapa varian manfaat olahan pupuk yang ia buat seperti untuk pengolahan limbah (air limbah yang tercemar), pupuk tanaman palawija, pupuk tanaman padi, pupuk tanaman bunga, penetralisir alami kolam ikan, dan untuk limbah sanitasi.
Sejak awal, Eli sudah bertekad bahwa usahanya kali ini juga harus bermanfaat bagi masyarakat maupun bumi. Maka dari itu, Eli memberikan bibit, pupuk, dan pelatihan secara gratis kepada masyarakat. Namun cara tersebut tidak serta merta disambut baik oleh masyarakat.
“Saya sadar untuk merubah pola pikir masyarakat butuh waktu. Maka sampai saat ini saya terus konsisten menjalani hal yang sama namun dengan cara yang lebih variatif seperti aktif menggunakan medsos sebagai ajang sosialisasi dan bekerjasama dengan banyak komunitas. Alhamdulillah sekarang puluhan kelompok sudah terbentuk dan sama-sama memproduksi pupuk organik cair,”tuturnya.
Saat ini tercatat lebih dari dua puluh kelompok usaha tani maupun pribadi yang memproduksi pupuk serupa. Semuanya hasil pelatihan yang diberikan oleh Eli yang terus diberikan secara berkesinambungan. Selain itu, Eli juga turut membantu pemasaran dan pengujian tes kualitas pupuk secara berkala.
“Pelatihannya saya beri gratis asal yang diberi ilmu harus mau mengajarkan lagi minimal ke orang lain supaya lebih banyak masyarakat yang sadar akan manfaat dari pupuk ini. Selain murah juga bisa membantu menjaga bumi dan tubuh manusia yang mengkonsumsi makanan kan,” ujar istri dari Tedi Sutendar ini.
Berkat ketekunannya, Eli kini sudah menerima pesanan pupuk dari luar pulau seperti Manado, Sumatera, Bengkulu, dan Gorontalo. Permintaan pupuk yang semakin meningkat membuat Eli cukup kewalahan karena sampai saat ini dirinya masih memproduski pupuk secara manual sehingga kuantitasnya tidak banyak.
“Pesanan banyak tapi belum cukup modal untuk membeli alat yang bisa memproduksi pupuk lebih cepat. Semua dikerjakan secara manual. Untung ada teman-teman lain yang buat juag, jadi kalo ada pesanan kita salaing berbagi aja jatah pembelinya. Jadi saling menguntungkan. Untuk satu liter pupuk kita jual antara 25.000 s/d 32.500 tergantung dari jenis pupuk,” tandas wanita kelahiran Subang, 30 tahun lalu ini.
Dalam sebulan Eli baru mampu memproduksi kurang lebih 200 liter pupuk. Padahal pesanan yang datang sudah lebih dari itu, apalagi untuk pertanian seperti padi dan palawija. Eli berharap kedepannya semakin banyak orang yang menjalankan usaha sekaligus memberikan manfaat bagi masyarakat maupun bumi yang semakin tua. (*/din)
Siapa bilang perempuan tidak bisa banyak berbuat? Eli Herlina (30) asal Purwadadi Subang membuktikannya dengan bermetamorfosa dari ibu rumah tangga bisa menjadi pengusaha pupuk sekaligus menjalankan misinya untuk menyelamatkan bumi.
TIARA MAULINDA, Subang
BERAWAL dari keperihatinannya terhadap maraknya kasus makanan yang tidak layak konsumsi, Eli Herlina mencoba mengawali usaha sebagai wirausahawan pupuk organik. Ibu dari dua anak ini mengaku pada awalnya mendapatkan ilmu pengolahan pupuk dari seorang teman.
“Dulu diajarkan oleh teman. Pupuk ini berbeda karena bahan bakunya sangat mudah. Yaitu tanaman yang sering kita anggap sebagai gulma di kebun atau pekarangan rumah. Jumlahnya banyak dan mudah ditemui. Dan manfaatnya luar biasa, maka saya tertarik untuk menjalani usaha ini,” ungkapnya kepada Pasundan Ekspres.
Eli mulai memproduksi pupuk organik cair sejak tahun 2010 silam. Dengan alat seadanya, ia dibantu suami dan kedua anaknya berusaha membuktikan kepada masyarakat bahwa pupuk yang dibuatnya berbeda dengan pupuk lain. Bagaimana tidak? Pupuk yang dibuat dari bahan dedaunan itu bisa merekonstruki DNA tanaman seperti semula.
“Bibit sekarang banyak yang sudah tercemar limbah pestisida dan banyak mengandung racun yang berbahaya bila dikonsumsi. Selanjutnya panganan yang tidak baik akan berimbas pada perilaku manusia yang tidak baik juga. Penggunaan kimia dalam jangka panjang juga akan merusak bumi kita,”jelasnya.
Perempuan yang kini tinggal di Desa Wanakerta Kecamatan Purwadadi, Subang, ini menjelaskan bahwa pupuk organik cair yang diproduksinya memperbaiki DNA tanaman dan merekonstruksi bumi sehingga dapat menghasilkan hasil pertanian yang lebih baik dan sehat. Untuk membuat pupuk ini, Eli biasa menggunakan dedaunan seperti kembang bulan, daun jalantir, bayam liar, daun serunai, daun tali putri, dan masih banyak lagi.
Pupuk organik cair yang diproduksi Eli diberi nama Granuma DZA. Ada beberapa varian manfaat olahan pupuk yang ia buat seperti untuk pengolahan limbah (air limbah yang tercemar), pupuk tanaman palawija, pupuk tanaman padi, pupuk tanaman bunga, penetralisir alami kolam ikan, dan untuk limbah sanitasi.
Sejak awal, Eli sudah bertekad bahwa usahanya kali ini juga harus bermanfaat bagi masyarakat maupun bumi. Maka dari itu, Eli memberikan bibit, pupuk, dan pelatihan secara gratis kepada masyarakat. Namun cara tersebut tidak serta merta disambut baik oleh masyarakat.
“Saya sadar untuk merubah pola pikir masyarakat butuh waktu. Maka sampai saat ini saya terus konsisten menjalani hal yang sama namun dengan cara yang lebih variatif seperti aktif menggunakan medsos sebagai ajang sosialisasi dan bekerjasama dengan banyak komunitas. Alhamdulillah sekarang puluhan kelompok sudah terbentuk dan sama-sama memproduksi pupuk organik cair,”tuturnya.
Saat ini tercatat lebih dari dua puluh kelompok usaha tani maupun pribadi yang memproduksi pupuk serupa. Semuanya hasil pelatihan yang diberikan oleh Eli yang terus diberikan secara berkesinambungan. Selain itu, Eli juga turut membantu pemasaran dan pengujian tes kualitas pupuk secara berkala.
“Pelatihannya saya beri gratis asal yang diberi ilmu harus mau mengajarkan lagi minimal ke orang lain supaya lebih banyak masyarakat yang sadar akan manfaat dari pupuk ini. Selain murah juga bisa membantu menjaga bumi dan tubuh manusia yang mengkonsumsi makanan kan,” ujar istri dari Tedi Sutendar ini.
Berkat ketekunannya, Eli kini sudah menerima pesanan pupuk dari luar pulau seperti Manado, Sumatera, Bengkulu, dan Gorontalo. Permintaan pupuk yang semakin meningkat membuat Eli cukup kewalahan karena sampai saat ini dirinya masih memproduski pupuk secara manual sehingga kuantitasnya tidak banyak.
“Pesanan banyak tapi belum cukup modal untuk membeli alat yang bisa memproduksi pupuk lebih cepat. Semua dikerjakan secara manual. Untung ada teman-teman lain yang buat juag, jadi kalo ada pesanan kita salaing berbagi aja jatah pembelinya. Jadi saling menguntungkan. Untuk satu liter pupuk kita jual antara 25.000 s/d 32.500 tergantung dari jenis pupuk,” tandas wanita kelahiran Subang, 30 tahun lalu ini.
Dalam sebulan Eli baru mampu memproduksi kurang lebih 200 liter pupuk. Padahal pesanan yang datang sudah lebih dari itu, apalagi untuk pertanian seperti padi dan palawija. Eli berharap kedepannya semakin banyak orang yang menjalankan usaha sekaligus memberikan manfaat bagi masyarakat maupun bumi yang semakin tua. (*/din)
Seperti lebay ya ![😁](https://s0.wp.com/wp-content/mu-plugins/wpcom-smileys/twemoji/2/svg/1f601.svg)
![😊](https://s0.wp.com/wp-content/mu-plugins/wpcom-smileys/twemoji/2/svg/1f60a.svg)
tapi memang dari hal2 kecil akan dimulai tujuan besar.
Jadi bicara Granuma Organik adalah bukan bicara tentang Produksi pupuk jual dan pelatihan berbayar serta peningkatan produksi pupuk semata, tapi lebih dari itu ada pesan kesadaran yang kita syi’arkan melalui Granuma Organik dan perantaraan makanan sehat lingkungan sehat lestari, yaitu KESADARAN untuk BERPRILAKU BAIK
Dan itu bisa dimulai dari makanan yang halal dan thoyib sehingga tubuh sehat otak cerdas dan amygdala terkendali…
Kiprah kami dimulai sktr 6 tahun lalu dimulai dari awal mendapat ilmu pelatihan ppk organik di Padepokan Lanterha Cimenyan , walau datang terlambat tapi masih banyak ilmu yg terserap. Dulu untuk mendapatkan panduan dan mengenal bahan-bahan saja kami tidak begitu saja mendapatkan dengan mudah disearching tersebar diberbagai media internet tapi benar2 harus bersabar menunggu para pemilik ilmu merasa yakin bahwa kami akan mengamalkan ilmu yg didapat dgn praktek tentu melalui tes dan penilaian secara pribadi. Alhamdulillaah dengan begitu susahnnya medaptkan ilmu kami menghargai bahwa ilmu ini sgt bermanfaat buat kami dan amanah untuk disebarluaskan sesuai restu pemilik ilmu…Kang Dicky Zainal Arifin.
Kemudian kemudahan mendapatkan ilmu pupuk ini pun tidak lantas membuat kita menganggap enteng ilmu ini. Tapi semakin meyakinkan kita bahwa kita punya tugas mengamalkan/mengaplikasikan ilmu yg sdh didapat untuk kemaslahatan umat dan alam agar terjaga keseimbangan bumi sprt yg kt harapkan misi visi dr awal.
PROGRAM yang digulirkan ini Saya namakan PROJECT GRANUMA.
Dengan Program awalnya adalah :
1. Merekonstruksi kembali lahan-lahan pertanian dari kerusakan lingkungan baik karena limbah industri ataupun sistem pertanian tidak berbasis lingkungan.
PROGRAM yang digulirkan ini Saya namakan PROJECT GRANUMA.
Dengan Program awalnya adalah :
1. Merekonstruksi kembali lahan-lahan pertanian dari kerusakan lingkungan baik karena limbah industri ataupun sistem pertanian tidak berbasis lingkungan.
2. Membangun titik-titik spot projek percontohan dan binaan. Diharapkan muncul kader aktivis pertanian organik. Nah teman2 disini kita sama-sama dorong jadi founder-founder komunitas di daerahnya masing2.
3. Bekerja sama serta bersinergi dengan pemerintah, dan lembaga lainya membangun sistem pertananian berbasis lingkungan.
Untuk realisasi dari program diatas kegiatan yang telah, sedang dan akan dijalankan adalah :
1. Mengadakan pelatihan pupuk DZA dan Pestisida Organik.
Untuk realisasi dari program diatas kegiatan yang telah, sedang dan akan dijalankan adalah :
1. Mengadakan pelatihan pupuk DZA dan Pestisida Organik.
2. Mengadakan pelatihan sistem pertanian berkelanjutan dengan berbasis pada lingkungan dan kearifan lokal.
3. Membangun komunitas, jaringan komunitas serta kemandirian Pangan Komunitas.
Untuk itu kita tidak permununggu kita mampu dan siap. Langsung jalan saja. Nanti pembelajarannya sambil berjalan. Nanti disini kita saling bertukar pikiran dan dorong.
Khususnya kami dari TIM siap bantu dorong teman-teman disini. kalau perlu siap datang kedaerah masing-masing.
Terima Kasih..
Iklan
No comments:
Post a Comment