Eli Herlina, Ibu Rumah Tangga Kembangkan
Pupuk Organik Cair
Pupuk Organik Cair
Beri Pelatihan Gratis, Dipesan hingga Luar Jawa
Siapa bilang perempuan tidak bisa banyak berbuat? Eli Herlina (30) asal Purwadadi Subang membuktikannya dengan bermetamorfosa dari ibu rumah tangga bisa menjadi pengusaha pupuk sekaligus menjalankan misinya untuk menyelamatkan bumi.
TIARA MAULINDA, Subang
BERAWAL dari keperihatinannya terhadap maraknya kasus makanan yang tidak layak konsumsi, Eli Herlina mencoba mengawali usaha sebagai wirausahawan pupuk organik. Ibu dari dua anak ini mengaku pada awalnya mendapatkan ilmu pengolahan pupuk dari seorang teman.
“Dulu diajarkan oleh teman. Pupuk ini berbeda karena bahan bakunya sangat mudah. Yaitu tanaman yang sering kita anggap sebagai gulma di kebun atau pekarangan rumah. Jumlahnya banyak dan mudah ditemui. Dan manfaatnya luar biasa, maka saya tertarik untuk menjalani usaha ini,” ungkapnya kepada Pasundan Ekspres.
Eli mulai memproduksi pupuk organik cair sejak tahun 2010 silam. Dengan alat seadanya, ia dibantu suami dan kedua anaknya berusaha membuktikan kepada masyarakat bahwa pupuk yang dibuatnya berbeda dengan pupuk lain. Bagaimana tidak? Pupuk yang dibuat dari bahan dedaunan itu bisa merekonstruki DNA tanaman seperti semula.
“Bibit sekarang banyak yang sudah tercemar limbah pestisida dan banyak mengandung racun yang berbahaya bila dikonsumsi. Selanjutnya panganan yang tidak baik akan berimbas pada perilaku manusia yang tidak baik juga. Penggunaan kimia dalam jangka panjang juga akan merusak bumi kita,”jelasnya.
Perempuan yang kini tinggal di Desa Wanakerta Kecamatan Purwadadi, Subang, ini menjelaskan bahwa pupuk organik cair yang diproduksinya memperbaiki DNA tanaman dan merekonstruksi bumi sehingga dapat menghasilkan hasil pertanian yang lebih baik dan sehat. Untuk membuat pupuk ini, Eli biasa menggunakan dedaunan seperti kembang bulan, daun jalantir, bayam liar, daun serunai, daun tali putri, dan masih banyak lagi.
Pupuk organik cair yang diproduksi Eli diberi nama Granuma DZA. Ada beberapa varian manfaat olahan pupuk yang ia buat seperti untuk pengolahan limbah (air limbah yang tercemar), pupuk tanaman palawija, pupuk tanaman padi, pupuk tanaman bunga, penetralisir alami kolam ikan, dan untuk limbah sanitasi.
Sejak awal, Eli sudah bertekad bahwa usahanya kali ini juga harus bermanfaat bagi masyarakat maupun bumi. Maka dari itu, Eli memberikan bibit, pupuk, dan pelatihan secara gratis kepada masyarakat. Namun cara tersebut tidak serta merta disambut baik oleh masyarakat.
“Saya sadar untuk merubah pola pikir masyarakat butuh waktu. Maka sampai saat ini saya terus konsisten menjalani hal yang sama namun dengan cara yang lebih variatif seperti aktif menggunakan medsos sebagai ajang sosialisasi dan bekerjasama dengan banyak komunitas. Alhamdulillah sekarang puluhan kelompok sudah terbentuk dan sama-sama memproduksi pupuk organik cair,”tuturnya.
Saat ini tercatat lebih dari dua puluh kelompok usaha tani maupun pribadi yang memproduksi pupuk serupa. Semuanya hasil pelatihan yang diberikan oleh Eli yang terus diberikan secara berkesinambungan. Selain itu, Eli juga turut membantu pemasaran dan pengujian tes kualitas pupuk secara berkala.
“Pelatihannya saya beri gratis asal yang diberi ilmu harus mau mengajarkan lagi minimal ke orang lain supaya lebih banyak masyarakat yang sadar akan manfaat dari pupuk ini. Selain murah juga bisa membantu menjaga bumi dan tubuh manusia yang mengkonsumsi makanan kan,” ujar istri dari Tedi Sutendar ini.
Berkat ketekunannya, Eli kini sudah menerima pesanan pupuk dari luar pulau seperti Manado, Sumatera, Bengkulu, dan Gorontalo. Permintaan pupuk yang semakin meningkat membuat Eli cukup kewalahan karena sampai saat ini dirinya masih memproduski pupuk secara manual sehingga kuantitasnya tidak banyak.
“Pesanan banyak tapi belum cukup modal untuk membeli alat yang bisa memproduksi pupuk lebih cepat. Semua dikerjakan secara manual. Untung ada teman-teman lain yang buat juag, jadi kalo ada pesanan kita salaing berbagi aja jatah pembelinya. Jadi saling menguntungkan. Untuk satu liter pupuk kita jual antara 25.000 s/d 32.500 tergantung dari jenis pupuk,” tandas wanita kelahiran Subang, 30 tahun lalu ini.
Dalam sebulan Eli baru mampu memproduksi kurang lebih 200 liter pupuk. Padahal pesanan yang datang sudah lebih dari itu, apalagi untuk pertanian seperti padi dan palawija. Eli berharap kedepannya semakin banyak orang yang menjalankan usaha sekaligus memberikan manfaat bagi masyarakat maupun bumi yang semakin tua.(*/din)
No comments:
Post a Comment